Mari Belajar dan Terus Belajar, Membenahi Diri
65 hari 16 jam 10 menit 45 detik
Menuju Awal Puasa Ramadhan 2023

23 Maret 2023

Tampilkan postingan dengan label NASIHAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NASIHAT. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 Januari 2023

LEBIH BAIK PURA-PURA BODOH DARIPADA PURA-PURA PINTAR


Jarang sekali timbul masalah karena sikap pura-pura bodoh, bahkan banyaknya malah pura-pura bodoh berakhir dengan manis dan sanjungan. Yang sering kali menimbulkan masalah itu adalah pura-pura pintar, orang bodoh yang berlagak tahu. Makanya Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Tidaklah seorang bertawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim: 2588)

🍂 Sebaliknya, musibah besar datang dari orang-orang yang pura-pura pintar, makanya tanda akhir zaman sekaligus tanda kehancuran, yaitu apabila urusan umat dipegang oleh orang-orang yang pura-pura pintar, mereka tidak hanya sesat sendirian namun juga menyesatkan orang banyak. Rasulullah ﷺ bersabda:


إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

 “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu secara sekaligus dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari: 100, Muslim: 2673)

✍🏻 Oleh sebab itu, biasakanlah bersikap pura-pura bodoh. Itu lebih baik dan lebih selamat, ketimbang kita harus berpura-pura pintar. Itu hanya membuat kita lelah untuk meyakinkan orang dan bergaya seolah pintar. Bangkai akan tercium oleh hidung manusia sehebat apapun kita menutupi. Kelak mereka akan tahu juga bahwa kita ini sebenarnya orang bodoh yang sedang berpura-pura.

Kamis, 17 November 2022

7 KEAJAIBAN ISTIGHFAR

 

TUJUH KEAJAIBAN MEMBACA ISTIGHFAR


Istighfar adalah memohon ampun kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala dengan kalimat : Astaghfirullaah al'adzhiim atau dengan kalimat lain yang semakna. 
Permohonan Ampun ini dilakukan dengan hati yang tulus dan dibarengi dengan penyesalan atas kesalahan yang telah diperbuat serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Inilah 7 Rahasia Istighfar : 


1. MENDATANGKAN AMPUNAN ALLAH

Maka aku berkata (kepada mereka) Mohonlah ampun kepada RABB-mu sesungguhnya DIA adalah Maha Pengampun.
(QS. Nuh :10)

2.  MENGATASI KESULITAN DAN TERBUKANYA PINTU REZEKI

Barangsiapa beristighfar secara rutin, pasti ALLAH memberinya jalan keluar dalam kesempitan dan memberi rezeki yang tiada terhingga padanya.
(HR. Abu Daud)

3. MENAMBAH KEKUATAN

Dan (Hud berkata): Hai kaum-ku,
mohon-lah Ampunan kepada RABB-mu lalu bertaubat-lah
kepada-NYA, Niscaya DIA akan menurunkan hujan yang sangat
deras dan DIA akan menambahkan kekuatan diatas kekuatan mu.
(QS. Hud :52)

4. MEMPEROLEH BANYAK KENIKMATAN

Dan hendak-lah kamu memohon Ampun kepada RABB-mu dan bertaubat kepada-NYA, Niscaya DIA akan memberi kenikmatan yang baik kepada-mu sampai kepada waktu yang telah di tentukan.
(QS. Hud 3)

5. TURUNNYA RAHMAT

Hendak-lah kamu memohon ampun kepada ALLAH, agar kamu mendapat rahmat
(QS. An-Naml :46)

6. SEBAGAI KAFARATUL MAJELIS

Barangsiapa yang duduk dalam satu Majlis (perkumpulan orang)
lalu di dalamnya banyak perkataan sia-sianya atau (perdebatan) kemudian sebelum ia bangkit dari Majlis membaca (Istighfar):
Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta Astaghfiruka wa atuubu ilaih..

(Maha suci ENGKAU YAA ALLAH,dan aku memuji-MU dan aku bersaksi bahwa tiada ALLAH melainkan ENGKAU, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-MU).. Maka ia akan diampuni kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya selama di Majlis itu.
(HR. Ath-Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, Abu Daud dan Al-Hakim)

7. TERHINDAR DARI ADZAB ALLAH

Dan tidak-lah (pula) ALLAH akan mengadzab mereka, sedang
mereka masih memohon ampun (Istighfar )
(QS. Al-Anfal :33).

Wallahu a'lam bishshowab.

Semoga bermanfaat.


Selasa, 20 September 2016

"KEUTAMAAN SABAR"


 

Dari al Ihya ‘Ulumuddin, Imam al Ghazaly

Allah Ta’ala sesungguhnya telah menyifatkan orang-orang yang sabar dengan beberapa sifat.Allah Ta’ala menyebutkan sabar dalam Al Qur’an pada lebih tujuh puluh tempat.Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar.Ia menjadikan derajat dan kebajikan itu sebagai hasil (buah) dari sabar.

Maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, yaitu ketika mereka berhati teguh (sabar)”(QS. 32:24).

Allah Ta’ala berfirman: “Dan telah sempurnalah perkataan yang baik dari Tuhan engkau untuk Bani Israil, disebabkan keteguhan hati (kesabaran)mereka” (QS 7:137).

Allah Ta’ala berfirman: “Dan akan Kami berikan kepada orang-orang yang sabar itu pembalasan,menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya”(QS.16:96).

Allah Ta’ala berfirman: “Kepada orang-orang itu diberikan pembalasan (pokok) dua kali lipat,disebabkan kesabaran mereka”. (QS. 28:54)

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orangorang yang sabar itu, akan disempurnakan pahalanya dengan tiada terhitung “. (QS 39:10).

Maka tidak ada dari pendekatan diri manusia kepada Allah (ibadah), melainkan pahalanya itu ditentukan dengan kadar dan dapat dihitung, selain sabar.

Dan sesungguhnya adanya puasa itu sebagian dari sabar dan puasa itu separuh sabar,maka Allah Ta’ala mengaitkan puasa itu bagi orang-orang yang bersabar, bahwa Ia bersama mereka.

Allah Ta’ala berfirman: “Hendaklah kamu bersabar, sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar”. (QS. 8:46).

Allah Ta’ala menggantungkan pertolongan kepada sabar. Allah Ta’ala berfirman:“Ya! Kalau kamu sabar dan memelihara diri, sedang mereka datang kepadamu (menyerang) dengan cepatnya,Tuhan akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang akan membinasakan”. (QS. 3:125).

Allah Ta’ala mengumpulkan bagi orang-orang yang sabar, beberapa hal yang tidak dikumpulkannya bagi orang-orang lain. Allah Ta’ala
berfirman:“Merekalah orang-orang yang mendapat ampunan, kehormatan dan rahmat dari Tuhan dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. 2:157).

Adapun hadits-hadits yang menyangkut dengan sabar, maka di antara lain, Nabi s.a.w. bersabda : ”Sabar itu separuh iman”.

Nabi s.a.w. bersabda : “Dari yang sekurangkurangnya diberikan kepada kamu, ialah : keyakinan dan kesungguhan sabar.Siapa yang diberikan keberuntungan dari keyakinan dan kesungguhan sabar itu, niscaya ia tidak peduli dengan yang luput dari padanya, dari shalat malam dan puasa siang. Dan engkau bersabar di atas
apa yang menimpa atas diri engkau, adalah lebih aku sukai, daripada disempurnakan oleh setiap orang daripada kamu, kepadaku, dengan seperti amalan semua kamu.Akan tetapi aku takut,bahwa dibukakan kepadamu dunia sesudahku.Lalu sebagian kamu menetang sebagian yang lain.Dan akan ditantang kamu oleh penduduk langit (para malaikat) ketika itu. Maka siapa yang sabar dan memperhitungkan diri, niscaya memperoleh kesempurnaan pahalanya”.

Kemudian Nabi s.a.w.membaca firman Allah Ta’ala:“Apa yang di sisi kamu itu akan hilang dan apa yang di sisi Allah itu yang kekal. Dan akan Kami berikan kepada orang-oang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya”. (QS. 16:96).

Diriwayatkan Jabir, bahwa Nabi s.a.w ditanyakan tentang iman, maka beliau menjawab:“Sabar dan suka memaafkan”.

Nabi s.a.w. bersabda pula: “amal yang paling utama ialah apa yang dipaksakan diri daripadanya”.

Dikatakan bahwa Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada nabi Daud a.s.: “Berakhlaklah dengan akhlak-KU! Sesungguhnya sebagian dari akhlak-Ku, ialah, bahwa Aku Maha Sabar”.

Pada hadits yang diriwayatkan ‘Atha’ dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat orang-orang Anshar, lalu beliau bertanya:“Apakah kamu ini semua orang beriman?”. Lalu semua mereka diam. Maka menjawab Umar r.a.:“Ya, wahai Rasulullah!”.Nabi s.a.w. lalu bertanya: “Apakah tandanya keimanan kamu itu?”Mereka menjawab: “Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas cobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan (qadha Allah Ta’ala)”.Lalu Nabi s.a.w. menjawab: “Demi Tuhan pemilik Ka’bah! Benar kamu itu orang beriman!”.

Nabi s.a.w. bersabda: “Pada kesabaran atas yang tidak engkau sukai itu banyak kebajikan”.

Isa Al-Masih a.s. berkata: “Engkau sesungguhnya tiada akan memperoleh apa yang engkau sukai, selain dengan kesabaranmu atas apa yang tiada engkau sukai”.

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jikalau sabar itu seorang laki-laki, niscaya dia itu orang yang pemurah. Dan Allah Ta’ala menyukai orang-orang yang sabar”.

Adapun atsar, maka di antaranya ialah terdapat pada surat khalifah Umar bin al-Khatab r.a. kepada Abu Musa Al-Asy’ari r.a., yang bunyinya di antara lain: “Haruslah engkau bersabar! Dan ketahuilah,bahwa sabar itu dua. Yang satu lebih utama dari yang lain: sabar pada waktu musibah itu baik.Dan yang lebih baik daripadanya lagi, ialah sabar (menahan diri) dari yang diharamkan Allah Ta’ala.Dan ketahuilah, bahwa sabar itu yang memiliki iman. Yang demikian itu, adalah bahwa takwa itu kebajikan yang utama. Dan takwa itu dengan sabar”.

Ali r.a. berkata: ”Iman itu dibangun di atas empat tiang: yakin, sabar, jihad dan adil.”

Ali r.a.berkata pula: “Sabar itu dari iman, adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. Dan tidak ada iman, bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran”.

Umar r.a. berkata: “Amat baiklah dua pikulan yang sebanding dan amat baiklah tambahan bagi orang-orang yang sabar. Dimaksudkan dengan dua pikulan yang sebanding itu, ialah ampunan dan rahmat. Dan dimaksudkan dengan tambahan itu, ialah petunjuk. Dan tambahan itu, adalah apa yang dibawa di atas dua pikulan yang sebanding tadi atas unta”.Diisyaratkan oleh Umar r.a. dengan yang demikian itu kepada firman Allah Ta’ala: “Merekalah orang-orang yang mendapat ampunan dan rahmat dari Tuhan dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 2:157).

Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashari, apabila membaca ayat di bawah ini:“Sesungguhnya dia (Ayub) kami dapati,seorang yang sabar. Seorang hamba yang amat baik. sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan)” (QS. 38:44). Lalu beliau menangis dan berkata: “Alangkah menakjubkan! Ia yang memberi dan Ia yang memujinya.”

Abu’d-Darda r.a mengatakan: “Ketinggian iman itu, ialah: sabar karena hukum Allah dan rela dengan takdir Allah Ta’ala”.
Inilah penjelasan keutamaan sabar, dari segi yang dinukilkan (dari ayat, hadits dan atsar).

Kesabaran adalah ibadah qalbu kita, ia merupakan hal yang utama yang akan membawa seseorang dianugerahkan sifat-sifat baik. Dan tentu kita tiada pernah akan tahu faedah sabar, apabila kita tiada pernah mencoba untuk sabar. Kiranya kita beroleh taufik dari Allah SWT.


Kamis, 09 Juni 2016

" RAMADHAN, BULAN MEMBENTUK AKHLAQ DAN MERAIH RAHMAT "

Ramadhan telah tiba. Semua element masyarakat muslim menyambut datangnya bulan istimewa ini dengan segala kegembiraan, dan suka cita karena kerinduan yang mendalam ingin bertemu dengan “Bulan Ramadhan”.
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh barakah, nikmat serta bulan yang banyak memberikan pelajaran dan pendidikan yang berharga bagi umat Islam sebab dengan datangnya bulan yang istimewa ini, masyarakat muslim banyak belajar bersabar dalam menghadapi permasalahan, tidak mudah marah, bersikap loyal terhadap sesama tetangga dan memiliki sikap empati dan peduli terhadap penderitaan orang lain. Yang kesemuanya itu tidak lepas dari turut andilnya Bulan Ramadhan dalam pembentukan akhlak terpuji serta meraih rahmat Allah SWT.
Akhlaq terpuji merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap muslim, karena akhlak terpuji merupakan salah satu identitas seorang muslim bahkan keimanan seorang muslim dikatakan tidak sempurna sehingga dia memiliki akhlak yang tepuji, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أكمل المؤمنين إيماناً أحسنهم خلقاً
Dari abu Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda : ” Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang mu’min yang paling baik akhlaknya diantara kalian” ( H.R. Imam Ahmad )
Dari sabda Rasulullah saw diatas menunjukkan bahwa akhlak yang terpuji merupakan masalah yang urgen yang harus dimiliki oleh setiap muslim, oleh sebab itu hendaknya setiap pribadi yang mengaku dirinya seorang muslim hendaknya dia memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, karena Rasulullah lah suri tauladan dan panutan yang paling pantas dan baik.
Karena begitu pentingnya Akhlak yang terpuji bagi seorang Muslim bahkan dikatakan pula bahwa Akhlak merupakan simbol atau icon bagi seorang Muslim, maka disini akan dipaparkan secara sederhana mengenai manfaat Akhlak bagi Umat serta Peran bulan Ramadhan dalam membina Akhlak Umat
1. Pembinaan akhlak terpuji melalui bulan Ramadhan
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah:183).
Ayat diatas menegaskan akan tujuan utama diwajibkannya puasa, yaitu untuk menghidupkan taqwa di dalam hati, menumbuhkan akhlak yang mulia dalam jiwa, sebagaimana ia juga betujuan untuk memunculkan spirit baru bagi orang-orang beriman. Puasa merupakan salah satu sarana dari itu semua, karena ia mampu meningkatkan sisi rohani dan akhlaki bagi orang yang berpuasa, sehingga mampu memperkokoh kehendaknya dan membawanya untuk taat dan patuh terhadap apa yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, dan mencegahnya dari sesuatu yang berasal dari ucapan dan perbuatan yang tidak layak, melindunginya dari tunduk kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejahatan, sebagaimana mencegah dirinya dari ucapan kotor, dosa, dan permusuhan atas orang lain, sebagaimana dalam hadits disebutkan:
والصِّيامُ جُنَّة، وإِذا كانَ يومُ صومِ أحدِكم فلا يَرفُثْ ولا يَصخَب، فإِن سابَّهُ أحدٌ أو قاتَلهُ فلْيَقُلْ إِني امرؤٌ صَائِم.
“Puasa itu ibarat perisai. Pada saat puasa, janganlah kamu mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut bertengkar. Jika di antara kalian ada yang memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa”. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Disamping itu, Puasa secara tidak langsung juga dapat melatih diri untuk bersabar dan menahan hawa nafsu, seperti jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajak berkelahi maka secara otomatis orang yang berpuasa akan mengatakan bahwa dirinya sedang berpuasa dan diapun enggan melakukan perbuatan yang tercela.
فإِن سابَّهُ أحدٌ أو قاتَلهُ فلْيَقُلْ إِني امرؤٌ صَائِم
. Jika di antara kalian ada yang memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa”.
Dari pemaparan hadits diatas kita dapat mengetahui bahwa puasa mempunyai andil yang cukup besar dalam pembentukan akhlak terpuji bahkan dia merupakan perisai yang dapat mencegah atau menghalangi seseorang yang ingin berbuat maksiat yang berakhir pada dosa dan murka Allah SWT.
Puasa juga memiliki manfaat yang tiada duanya, yaitu manfaat mendapatkan sesuatu dan terhindar dari sesuatu. Seperti kita ketahui, naluri manusia selalu berujung pada dua hal, yaitu ingin mendapatkan sesuatu yang enak lagi nikmat serta terhindar dari sesuatu yang tidak enak apalagi menyakitkan. Ibadah Puasa, selain mendapatkan sesuatu yang paling enak yang tiada taranya yaitu surga, juga akan terhindar dari sesuatu yang paling tidak enak yaitu neraka, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
عن أبي سعيدٍ الخُدريِّ رضيَ الله عنه قال : سمعتُ النبيَّ صلى الله عليه وسلم يقول: «مَن صامَ يَوماً في سبيلِ الله بَعَّدَ الله وَجهَهُ عنِ النارِ سبعينَ خَريفاً».
Dari abu Sa’id al-Khudri RA berkata : Nabi saw bersabda : “barang siapa yang berpuasa di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan mukanya dari neraka selama tujuh puluh tahun karena puasa hari itu” ( HR. Bukhari )
2. Urgensi Akhak terpuji bagi kebangkitan umat
Akhlak yang baik adalah hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh umat Islam karena akhlak merupakan bentuk riil dari agama Islam yang rahmatan lil alamin, maka sangat ironis jika agama Islam yang rahmatan lil alamin ini mempunyai pemeluk yang buruk atau bejat akhlaknya dan sebenarnya eksistensi umat itu tampak pada akhlaknya jika rusak akhlaknya maka akan hilang pula eksistensinya. Oleh sebab itu melalui bulan Ramadhan diharapkan dapat membentuk kembali dan menata kembali dekresi atau penurunan akhlak yang terjadi pada umat Islam saat ini. Dan umat Islam yang mumpuni adalah umat yang mampu mensinergikan dan mengkompormitaskan antara ibadah ruhiyah dan kreatifitas materi, dan antara keberhasilah hidup di dunia dan keberhasilan hidup di akhirat, dan para cendekiawan menyadari bahwa undang-undang saja tidak akan mampu memberikan jaminan dalam memuluskan suatu pekerjaan dan produktifitas yang baik, sementara dari sini (ibadah) akan terwujud ketaqwaan, kemuliaan akhlaq dan pembinaan jiwa yang hidup sebagai tujuan asasi bagi seluruh udang-undang dan syariat, bahkan sebagai tujuan utama dari diutusnya Rasulullah saw, seperti sabda beliau:
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق.
Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah saw bersadda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (Ahmad dan ditashih oleh Baihaqi menurut syarat Muslim).
Karena Urgennya akhlak terpuji bagi kebangkitan umat, maka Islam menginginkan melalui ibadah yang mulia pada bulan Ramadhan pada setiap tahunnya untuk mengingatkan umat Islam agar berpegang teguh pada akhlak mulia sehingga mampu merekonstruksi peradaban dan memberi ketenangan hidup di dunia; sebagai rahasia kekuatan dan pondasi kebangkitan serta titik tolak perubahan menuju yang lebih baik. Sebagaimana firman Allah SWT :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
 “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)
Perubahan bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan atau akan tercipta dengan sekejap seperti dalam mimpi tapi perlu adanya usaha dan kegigihan untuk mewujudkan perubahan tersebut, dan sebenarnya spirit dari perubahan tersebut adalah para pemuda karena dengan adanya pemuda yang memiliki citra dan akhlak yang terpuji maka disitulah titik terang perubahan akan muncul tapi sebaliknya jika spirit perubahan (pemuda) di sini memiliki tabi’at yang tercela dan sulit untuk di rekontruksi ulang, maka disitulah titik awal kehancuran umat islam. oleh sebab itulah para musuh Islam berusaha dengan gigihnya menghancurkan apa yang masih tersisa dari sumber-sumber kekuatan di tengah para pemuda, mereka berusaha untuk mengumbar syahwat para pemuda, mengajak pada hawa nafsu dan melepas akan ikatan agama, akhlak dan sosial, mereka mengerahkan tenaga dan fikiran untuk mendorong masyarakat Islam pada kehancuran akhlaknya. Karena mereka yakin dengan menghancurkan akhlak pemuda Islam maka itu bisa melemahkan generasi Islam yang akan datang. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا
“Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)”. (An-Nisa:27)
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
” Setan menjanjikan ( menakut-nakuti ) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji, sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karuniaNya kepadamu. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui” ( al-Baqarah : 268 )
Maka sepatutnya, bagi Umat Islam hendaknya kembali kepada ketaqwaan yang merupakan tujuan utama dari ibadah puasa yang mulia ini serta lebih berhati-hati terhadap godaan musuh Islam yang senantiasa datang mengganggu dan mengahasut umat Islam untuk berpaling dari kebenaran.

Semoga bermanfaat...!!!
Wallahu a’lam bisshawab.

Kamis, 17 Desember 2015

AIR MATA TAQWA



Sesungguhnya, menangis bukanlah monopoli kebutuhan anak kecil dan kaum wanita. Dalam agama Islam yang mulia ini, sebuah tangisan kadang kala sangat dibutuhkan oleh siapa saja, baik kaum pria maupun wanita. Memang, tetesan air mata manusia menyimpan beribu makna. Air mata yang diteteskan oleh seorang hamba karena takut kepada Rabbnya memiliki makna dan nilai yang sangat tinggi di sisi-Nya. Bagaimana tidak, tangisan seperti itu dapat menyelamatkan dirinya dari jilatan api Neraka yang menyala-nyala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ
وَلاَ يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
“Tidak akan masuk Neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, hingga air susu dapat kembali kepada ambingnya (kantong kelenjar susu binatang ternak), dan tidak akan berkumpul antara debu medan jihad fii sabiilillaah dengan asap Neraka Jahannam.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 1333; an-Nasa-i, no. 2911 dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam al-Misykaah, no. 3828)
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, disentuhkan apinya pun tidak. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ
وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“Dua mata yang tidak akan disentuh api Neraka, yakni mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga karena siaga (saat berjihad) di jalan Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 1338 dan dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Misykaah, no. 3829)
Tidak hanya itu, orang yang menangis karena takut kepada Allah juga dijamin akan mendapatkan cinta AllahTa’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ،
قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوْعٍ فِيْ خَشْيَةِ اللهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ،
وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَأَثَرٌ فِيْ فَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللهِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain dua tetesan dan dua bekas. Yaitu, tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang mengalir (saat jihad) di jalan Allah. Adapun dua bekas, yaitu bekas dari berjihad di jalan Allah dan bekas dari menunaikan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 1363 dan dihasankan oleh al-Albani dalam al-Misykaah, no. 3837)
Tengisan karena takut kepada Allah merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tangisan ini murni muncul dari kesadaran manusia yang takut terhadap adzab-Nya disebabkan dosa-dosa yang selalu dia perbuat.
Tak dapat dipungkiri, manusia dengan segala aktivitas keduniaannya acap kali lupa mengingat Penciptanya. Ibadah pun kerap kali terabaikan. Dunia telah begitu menyibukkan. Akhirat yang seharusnya dikejar akhirnya terlupakan. Mereka kian jauh terseret oleh gemerlapnya alam fana ini hingga tidak ingat lagi terhadap tugas utamanya berada di dunia.
Mereka juga semakin jauh dan jauh dari Allah Ta’ala hingga pelan-pelan melupakan-Nya. Semakin menusia menjauh dari-Nya, maka semakin ia mendekati dosa dan terjerembab ke dalam dosa-dosa, tergelincir dari jalan yang lurus.
Jiwa manusia menjadi hampa karena dosa-dosa dan hati mereka pun menjadi keras karenanya. Akibatnya, mata mereka tidak lagi dapat menangis dan meneteskan air mata; hati tidak dapat lagi merasakan manis dan lezatnya iman, kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sedikit sekali dari mereka yang demikian.
Manusia seperti ini tidak akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di Akhirat, kecuali jika ia segera bertaubat kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, tidak mengulangi perbuatan maksiatnya, dan menangisi dosa-dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طُوْبَى لِمَنْ مَلَكَ لِسَانَهُ، وَوَسِعَهُ بَيْتُهُ، وَبَكَى عَلىَ خَطِيْئَتِهِ
“Berbahagialah orang yang dapat menjaga lisannya, merasa betah di rumahnya (untuk beribadah), dan menangisi dosanya.” (Diriwayatkan oleh ath-Thobroni dalam al-Ausath, no. 2340 dan kitab Mu’jamush Shoghiir, no. 212. Beliau mengatakan bahwa sanadnya hasan. Hadits ini dihasankan pula oleh al-Mundziri dalam kitab at-Targhiib wat Tarhiib, IV/233. Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan dalam kitab Shohiih at-Targhiib wat Tarhiib, no. 3332 bahwa hadits ini hasan li ghoirihi).
Orang yang menangisi dosa-dosanya sebagai tanda penyesalan, dijamin oleh Allah Ta’ala akan selamat dari akibat buruk dosanya, baik di dunia dan di Akhirat.
‘Uqbah bin ‘Amr pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا النَّجَاةُ؟
قَالَ: أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيْئَتِكَ
“Wahai Rasulullah, bagaimana cara memperoleh keselamatan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jagalah lisanmu, hendaklah engkau merasa betah di rumahmu (untuk beribadah), dan tangisilah dosamu.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2406; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 2/9; al-Baihaqi dalamSyu’abul Iman, no. 8079. Hadits ini dishohihkan oleh al-Albani dalam ash-Shohiihah, II/581-584).
Saudaraku yang kami muliakan, menangis kadang terasa sulit, apalagi ketika pesona dunia yang begitu indah menggoda di pelupuk mata. Tapi justru pada saat-saat itulah tangisan sangat tinggi nilainya di sisi Allah Ta’ala. Tangisan seorang hamba karena takut andaikata Allah meninggalkannya atau mengabaikannya akibat dosa-dosa yang telah menumpuk tinggi dan menghitam-legamkan hati. Inilah tangisan yang akan membuka pintu ridho dan cinta-Nya, serta menghalau murka dan adzab-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau adalah orang-orang yang sangat kokoh keimanannya, namun mereka banyak menangis karena takut kepada Allah Ta’ala.  
Bagaimana dengan kita yang imannya lebih banyak menurun...?

Wallohu a'lam bishshowab...
Semoga jadi bahan renungan... Aamiin Yaa Rabb..

Jumat, 04 Desember 2015

KIAT MENGHADAPI KEGAGALAN

Sebagian remaja muslim begitu bingung ketika mengalami kegagalan terutama ketika menghadapi ujian akhir. Padahal Islam telah mengajarkan bahwa jika kita telah berusaha namun tidak mendapatkan hasil sesuai harapan, ada beberapa kiat yang bisa ditempuh terutama dalam memahami takdir Allah. Karena setiap muslim harus mengimani takdir ilahi baik yang terasa menyenangkan maupun menyakitkan.
Berikut beberapa kiat ketika menemui kegagalan:
1- Yakinilah takdir Allah dan setiap takdir Allah pasti ada hikmahnya.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)
2- Ketahuilah, manusia memang akan selalu diuji, sesuai dengan tingkatan iman
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad 1: 185. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhibno. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih)
3- Ingatlah, di balik kegagalan pasti ada kesuksesan.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy Syarh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy Syarh: 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya. Lihat Tafsir Ath Thobari, 24: 496, Dar Hijr)
4- Hadapilah kegagalan dengan bersabar.
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.
Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.” (Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu ‘Abdil Barr, hal. 250, Mawqi’ Al Waroq)
Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional seperti menampar pipi dan merobek baju. (Lihat ‘Uddatush Shobirin wa Zakhirotusy Syakirin,  hal. 10)
5- Yakinlah pahala besar di balik kesabaran yaitu surga.
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah surga.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/117, Muassasah Qurthubah)
6- Ucapkanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa”, pasti ada ganti yang lebih baik
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim no. 918)
Don’t give up! Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Kegagalan adalah jalan untuk meraih kesuksesan.
Semoga Allah memberikan taufik untuk bersabar ketika menemui hasil yang tidak sesuai harapan.