Akhlak Sufi Rasulullah saw.
Bismillahir Rahmanir Rahiim
Allahumma sholi ala Syyaidina Muhammadinni fatihi lima ughliko
wal’khotimi lima sabaqo wanasiril haqo bilhaqqi wal’hadi ila shirotikal
mustaqiim wa’sholallahu alaiihi wa’ala alihi washobihi haqqo qodrihi
wamiqdarihil aziim.
Syyaikh Abu Nashr As-Sarraj
(Menyambut Maulid Nabi saw.)
Syekh Abu Nashr as-Sarraj’ -rahimahullah – berkata: Diriwayatkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau pernah bersabda
“Sesungguhnya Allah telah membina mental (akhlak)ku, kemudiain Dia membinanya dengan sangat baik.” (H.r. al-Askari dari Ali r.a.).
Beliau juga bersabda:”Saya adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya.” (H.r. Bukhari-Muslim)
Syekh Abu Nashr as-Sarraj’ -rahimahullah – berkata: Diriwayatkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau pernah bersabda
“Sesungguhnya Allah telah membina mental (akhlak)ku, kemudiain Dia membinanya dengan sangat baik.” (H.r. al-Askari dari Ali r.a.).
Beliau juga bersabda:”Saya adalah orang yang paling tahu di antara kalian tentang Allah dan yang paling takut kepada-Nya.” (H.r. Bukhari-Muslim)
Rasulullah juga bersabda: “Aku disuruh memilih antara menjadi seorang
Nabi yang menjabat raja atau menjadi seorang Nabi yang hamba. Kemudian
Jibril a.s. memberiku isyarat agar berendah hati. Lalu aku menjawab
pilihan itu: Akan tetapi aku lebih memilih menjadi Nabi yang hamba;
Dimana suatu hari aku kenyang dan di hari yang lain aku lapar”. (H.r. ath Thabrani dari IbnuAbbas, Baihaqi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Diriwayatkan pula, bahwa beliau bersabda:”Aku ditawari dunia, namun
aku menolaknya.” (H.r. Ibnu Abi ad-Dunya, Ahmad dan ath-Thabrani dari
Abu Buwaibiyah).
Beliau juga bersabda: “Andaikan aku memiliki emas sebesar Gunung
Uhud niscaya akan aku infakkan demi agama Allah, kecuali sedikit yang
aku sisakan untuk menutupi hutang.” (H.r. Bukhari-Muslim dan Ibnu
Majah).
Sebagaimana juga diriwayatkan, “Bahwa Rasulullah saw. tidak menyimpan
makanan untuk esok hari. Belum pernah sekali menyimpan makanan untuk
keluarganya untuk masa satu tahun yang juga beliau persiapkan untuk
orang-orang yang datang kepadanya.” (H.r. Bukhari-Muslim dari Umar
r.a.).
Juga diriwayatkan, “Bahwa Rasulullah saw. tidak memiliki dua potong
baju (gamis), tidak juga makan makanan yang diayak lebih dahulu. Beliau
sampai wafat belum pernah sama sekali merasa kenyang dengan roti gandum.
Itu dilakukan atas pilihannya sendiri (kondisi normal) dan bukan karena
kondisi darurat. Sebab andaikan beliau mau memohon kepada Allah Azza wa
Jalla, agar gunung dijadikan-Nya emas dan tidak akan dihisab di hari
kiamat, maka Allah akan melakukannya.” (H.r. ath-Thabrani, al-Bazzar dan
Bukhari-Muslim).
Dan masih banyak riwayat yang semisal dengan Hadis-hadis di atas.
Diriwayatkan bahwa, Rasulullah saw bersabda kepada Bilal,
“Berinfaklah wahai Bilal, dan janganlah engkau khawatir Pemilik Arasy
mengurangi hartamu.” (H.r. al-Bazzar, ath-Thabrani al-Qadhai dari Ibnu
Mas’ud).
Diriwayatkan, bahwa Barirah pernah menyuguhkan makanan di depan
Rasulullah saw., kemudian beliau makan sebagiannya. Kemudian pada malam
kedua Barirah datang dengan membawa sisa makanan yang pernah disuguhkan
kemarin. Rasulullah kemudian bertanya dan menandaskan, “Apakah engkau
tidak takut, jika makanan ini
nanti mengepulkan asap dihari Kiamat? Jangan sekali-kali engkau
menyimpan makanan untuk esok hari, karena Allah Azza wa jalla akan
memberikan makanan setiap hari’.” (H.r. al-Bazzar).
Juga diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. tidak pernah mencacat suatu
makanan sama sekali, jika berselera maka beliau makan, Jika tidak maka
beliau tinggalkan. Dan setiap kali ditawari dua pilihan tentu beliau
memilih yang paling sederhana (ringan). (H.r. Malik, Bukhari-Muslim dan
Abu Dawud).
Nabi saw. bukanlah seorang petani, bukan pula seorang pedagang dan juga bukan seorang pembajak tanah.
Dan diantara sikap tawadhu’ (rendah hati) beliau, tercermin pada cara
berpakaian dan tindakan tindakan lainnya, dimana beliau mengenakan
pakalan dari wool kasar (shiji), memakai sandal
yang dijahit dengan benang, mengendarai keledai, memeras susu kambing
sendiri, menambal dan menjahit sandalnya sendiri, menambal pakaiannya,
beliau tidak merasa malu mengendarai keledai atau dibonceng di belakang.
(Periwayatan Hadis ini dilansir dalam lafal yang beragam oleh beberapa
ahli Hadis semisal Ibnu Majah al-Hakim, ath-Thabrani dan lain lain,
pent.).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah tidak suka dengan cara hidup kaya
dan sama sekali tidak takut miskin. Dalam hidup yang ditempuh bersama
keluarganya, pernah selama satu dan dua bulan tidak mengepulkan asap
dapurnya karena tidak ada bahan untuk memasak roti. Makanan utamanya
hanyalah dua: kurma dan air. (H.r. Bukhari-Muslim dari Aisyah dan Abu Ya’la dari Abu Hurairah).
Diriwayatkan pula, bahwa istri-istrinya disuruh memilih antara dunia
dengan Allah dan Rasul-Nya. Mereka kemudian memilih Allah dan Rasul-Nya.
Dalam peristiwa ini turun dua ayat dalam surat al-Ahzab:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kalian menginginkan
kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya aku berikan
kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika
kalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di
negeri akhirat,
maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di
antara kalian pahala yang besar’.”(Q.s. al Ahzab: 28 9).
Dan di antara doanya ialah: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan
miskin dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin.” (H.r.
Tirmidzi, Ibnu Majah dari Said al Khudri dan athThabrani dari Ubadah bin Shamit. Namun Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Taimiyah menganggapnya sebagal Hadis Maudhu’).
Dan di antara doanya pula: “Ya Allah karuniakanlah rezeki kepada keluarga Muhammad makanan pokok yang cukup sehari dalam setiap hari.” (H.r. Bukhari Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Abu Said al-Khudri dalam menerangkan sifat-sifat Rasulullah
sebagaimana yang diriwayatkannya: Rasulullah itu mengenakan pakaian wool
kasar dan juga mengikat unta, menyiram tanaman, menyapu rumah, menambal
sandal, menambal pakaian, memerah susu kambing, makan bersama
pembantunya, tak segan-segan menumbuk gandum jika pembantunya letih,
tidak malu untuk memanggul barang-barangnya dan pasar ke rumah
keluarganya. Beliau juga selalu bersalaman dengan orang-orang kaya dan
miskin. Selalu yang pertama (memulai) mengucapkan salam, tidak pernah
menolak orang yang mengundangnya, tidak pernah meremehkan hidangan yang
disuguhkan sekalipun hanya berupa kurma yang paling jelek.
Beliau sangat lembut perangainya, berwatak mulia, luwes cara
bergaulnya, wajahnya berseri-seri, selalu tersenyum dan tidak pernah
tertawa berbahak-bahak. Bila sedih tak pernah kelihatan kusut dan
cemberut. Rendah hati tanpa harus rendah diri, dermawan tapi tidak
boros. Hatinya lembut, selalu tunduk dan diam,
pengasih kepada setiap muslim. Tidak pernah besendawa karena kenyang,
dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada makanan (yang jauh).
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah itu lebih dermawan daripada angin yang bertiup secara bebas.” (H.r. Bukhari Muslim).
Rasulullah saw. pernah memberi kambing sebanyak antara dua gunung
kepada seseorang. Kemudian orang itu pulang ke kabilah (suku)nya dan
berkata, “Sesungguhnya Muhammad memberi kepada seseorang sebagaimana
pemberian orang yang tidak pernah khawatir jatuh miskin.” (H.r. Imam
Ahmad dan Muslim dari Anas).
Rasulullah bukanlah sosok yang suka berteriak-teriak, tidak juga sosok yang suka berkata kotor dan keji. (H.r. Tirmidzi).
Nabi Muhammad saw. makan di atas tanah, duduk di atas tanah, memakai baju mantel,
duduk bersama-sama orang miskin dan berjalan di pasar. Beliau sering
kali menjadikan tangannya sebagai bantal, dan mencukur sendiri. Tidak
pernah tertawa lebar-lebar, tidak pernah makan sendirian, tidak pernah
memukul pembantu (budak)nya sama sekali dan tidak pernah memukul seorang
pun dengan tangannya kecuali demi membela agama Allah. Beliau tidak
pernah duduk bersila, tidak pernah makan sambil bersandar.
Beliau pernah bersabda, “Aku makan sebagaimana makannya seorang hamba
dan aku duduk sebagai mana duduknya seorang hamba.” (H.r. Saad, Abu
Ya’la, Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Aisyah)
Diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah mengikat batu di perutnya
untuk mengganjal rasa lapar. Padahal andaikan beliau mau memohon kepada
Tuhannya untuk menjadikan Gunung Abu Qubais sebagai emas tentu Dia akan mengabulkannya. (H.r. Bukhari-Muslim dari jabir dan Tirmidzi dari Abu Thalhah).
Rasulullah pernah membawa sahabat-sahabatnya ke rumah Abu al-Haitsam
bin at-Taihan dengan tanpa diundang. Di sana beliau makan makanannya
sendiri dan minum minumannya sendiri. Lalu beliau bersabda kepada para
sahabatnya, “Inilah sebagian nikmat yang kalian tanyakan.” (H.r. Malik,
Tirmidzi dan Muslim dari Abu Hurairah).
Rasulullah saw. pernah diundang seseorang untuk datang ke rumahnya
dengan membawa lima orang sahabatnya. Maka orang keenam tidak boleh
masuk kecuali mendapatkan izin tuan rumah. (H.r. Bukhari Muslim dan
Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Dalam sebuah Hadis diriwayatkan, Bahwa Rasulullah saw. pernah
memiliki pakaian gamis (khamishah) yang ada batik atau motifnya.
Kemudian pakaian tersebut diberikan kepada Abu Jahm, sembari bersabda,
“Hampir saja gambar ini membuatku terlena.” Kemudian beliau meminta
pakaian polos tidak bermotif dan kasar (anbjaniyyah) milik Abu Jahm
dengan bersabda, “Tolong berikan kepadaku anbijaniyyah Abu Jahm”. (H.r.
Bukhari-Muslim).
Wallahua'lam bishshowab...